Minggu, Agustus 03, 2008

Boat Nelayan Kandas di Kuala Pidie


Penderitaan nelayan Pidie makin lengkap setelah harga bbm dan harga-harga perlengkapan lain ikut naik yang mengakibatkan modal untuk melaut makin bertambah, di tambah lagi kuala yang semakin dangkal sangat menyulitkan nelayan untuk melaut dan membawa hasil tangkapan ke TPI (Tempat Pendaratan Ikan).

Seperti di photo yang saya ambil kemaren di kuala pidie ada beberapa boat yang kandas karena alur sungai yang menghubungkan laut ke TPI Pante Teungoh yang merupakan TPI terdekat dengan Kota Sigli, tampak nelayan sangat susah berjibaku menjalankan boatnya yang kandas.

Seharusnya PEMDA Pidie khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan tanggap akan hal ini karena pendangkalan kuala di seluruh wilayah Pidie sudah lama, bukan hanya di Kuala Pidie tapi hampir di semua kuala menjadi dangkal.

Sejumlah kuala (muara-red) di pesisir pantai Kab. Pidie semakin dangkal, menyebabkan nelayan kesulitan ketika turun melaut. Bahkan ribuan keluarga nelayan kecil dan ketek (boat) yang selama ini meraih rezeki dari hasil laut, terancam kelaparan.
Menurut Munir dan Sulaiman, dua nelayan di pesisir Kec. Meureudu dan Trienggadeng setidaknya dua faktor utama menyebabkan nelayan semakin terjepit akhir-akhir ini. Selain yang ditimbulkan dari dampak kenaikan BBM (bahan bakar minyak), faktor kedangkalan muara menyurutkan langkah nelayan untuk mencari rezeki.
Sulaiman, tokoh nelayan mengungkapkan, khusus di daerahnya 80 persen adalah nelayan. Mereka hanya mendengar atau membaca di koran saja jika ada dana yang diberikan pemerintah untuk rakyat miskin, termasuk nelayan. "Tapi bantuan seperti itu, tidak pernah kami terima," katanya.(harian waspada)

Akibat pendangkalan muara, aktivitas para nelayan untuk memarkirkan motor boat sangat terganggu. Ironisnya, upaya pemerintah untuk melakukan pengerukan belum ada. "Kalau nasib nelayan tidak dipikirkan pemerintah, bagaimana masyarakat akan memilih seorang pemimpin yang peduli terhadap rakyat kecil," katanya. (harian global)


Tidak ada komentar: